KIM MYUNGSOO FANFICTION

[CHAPTERED] A WEIRDOS BOY CHAP 9

awb9


A WEIRDOS BOY

starred

Kim Myungsoo / Lee Jieun / INFINITE

written by Meongnamji

poster by GDesign (Meongnamji)

start:  June 5, 2013

end:

Length:

TEASER / 1 / 2 / 3 / 4 / 5 / 6 / 7 / 8 /

9

.

.

.

Jieun mendesah melihat dua kotak makan yang dibawanya, beserta dua kotak banana milk. Ia tak percaya pada dirinya sendiri yang bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan persis seperti apa yang Myungsoo perintahkan, juga menyempatkan dirinya sendiri untuk pergi ke mini market demi membeli dua kotak susu ini. Hey, bukankah itu artinya ia patuh dan memposisikan dirinya sendiri sebagai budaknya?

Dan sekarang, meskipun ia patuh membuatkan makanan, lengkap dengan sekotak susu, ia tetap tak mau pergi ke kelas Myungsoo. Siapa yang mau membahayakan nyawanya sendiri melewati ribuan fangirl miliknya itu?

Jieun memasukkan kembali kotak makanan untuk Myungsoo ke kolong mejanya. Bel masuk akan berbunyi beberapa menit lagi dan ia masih diam dan berpikir.

“ish. Wae.”Jieun berbisik tak jelas pada dirinya sendiri dan bang! Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepalanya. Ia melihat ke sekeliling dan bersyukur Jei belum datang dan semua orang di kelasnya sibuk dengan kegiatan mereka sendiri dan dengan itu, Jieun bisa menyelinap dengan mudahnya, sambil membawa tas jinjing kecil berisi dua box lunch dan banana milk.

Sambil berjalan cepat, Jieun merogoh ponselnya lalu menulis pesan singkat  dan mengirimkannya.

**

          Jika ingin box lunch mu, temui aku di rooftop tempat kau loncat dulu, oke.

  • Jieun

Myungsoo berdecak melihat pesan singkat yang baru saja masuk ke ponselnya itu. Budak kurang ajar – umpatnya, tapi kakinya melangkah ke arah tangga, bukan kelasnya. Ia bersiul riang sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celananya, menggerak-gerakkan kepalanya mengikuti alunan musik yang berdentum-dentum lewat earphone nya. Entah kenapa mood nya begitu bagus hari ini, dan ia bertanya-tanya dalam hati apa tanggapan Jieun soal notes kecil yang ia sematkan dalam buku birunya. Myungsoo tersenyum kecil membayangkan reaksi Jieun, dan ia harap anak itu akan melakukan hal-hal untuknya sendiri – bukan untuk orang lain, dan juga sedikit melunak padanya. Baca : sedikit berpri-kebudakan.

“Kau lama sekali sih. Waktuku tak banyak tahu.”

Myungsoo melepas earphonenya dan menatap Jieun tak percaya. Anak ini masih menyebalkan. Oke, mungkin ia butuh sesuatu yang lebih ekstrem daripada secarik notes kuning.

“Mana box lunch ku?”tagih Myungsoo kesal.

Jieun mengeluarkan box lunch warna putih dan banana milk dari tas kecil yang dijinjingnya, juga memberikan sumpit dan sendok untuknya.”Ingat ya. Sekarang, setiap hari akan kusimpan box lunch mu disini. Kau bawa sendiri kesini, oke? Lalu setelahnya jangan lupa simpan kotaknya disini lagi, nanti pulang sekolah akan kubawa. Dan jangan lupa juga, buang kotak susunya! Jangan menumpuknya disini seperti sampah lain. Rooftop ini sudah cukup penuh dengan cat ember bekas.”

“Ah, ribet sekali sih.”Myungsoo mengabaikan kata-kata Jieun dan mulai duduk di meja kayu lebar yang menjadi tempat favorit untuk tidur anak-anak rajin membolos – contohnya, Myungsoo. Meja yang sama yang dipakai Jieun ketika habis membentak Jei – sahabatnya.

“Ya!”

“Sudah, duduk saja.”

“Hah?”

Myungsoo berdecak dan menarik lengan Jieun dan tanpa perlu usaha lebih Jieun sudah terduduk disampingnya.”Apa –“

“kau belum makan bekalmu kan?”

“Apa? oh, sudah k-“

“Memang sih kau selalu ranking, tapi kemampuan berbohongmu payah.”ujar Myungsoo sambil mengeluarkan box lunch milik Jieun yang berwarna biru langit dari tas jinjing kecil, juga mengeluarkan sumpit dan sendoknya.

“Aku tak mau makan sendiri.”ucap Myungsoo dan dengan santai mulai membuka box lunch nya sendiri, lalu dengan rakus melahap tiga potong telur gulung sekaligus.”Nyam nyam.”

Myungsoo asik dengan kotak makannya sendiri sementara Jieun membeku ditempatnya dan bengong beberapa saat. Setelah beberapa detik melihat pemandangan yaitu sisi lain dari Myungsoo yang begitu childish didepan makanan, Jieun beruntung bisa kembali ke akal sehatnya.

“Ya!”serunya, membuat Myungsoo setengah tersedak.

“Kau ini!”Myungsoo memelototinya,”apaan sih?!”

“Kalau tak mau makan sendiri, sana makan dengan Sungyeol-mu itu! Aku ada tugas geografi yang harus kukerjakan!”

“Oh ayolah Lee Jieun, santai sedikit! Ini waktu istirahat, gunakan untuk istirahat. Kurang jelas apasih memangnya?”Myungsoo mengomel dengan mulut penuh.

“Kau menjijikkan. Telan makananmu itu!”

“Kau yang menjijikkan Lee Jieun! Menolak makanan seenak ini hanya karena geografi!!”

Jieun yang tadinya siap-siap untuk membalas perkatannya terdiam mendengar kalimat terakhir.”Waw. Kau baru saja memuji masakanku. Memangnya, seenak itu ya?”

Myungsoo tak senang kepergok memujinya terang-terangan seperti ini. Dan menyadari Myungsoo yang salah tingkah, Jieun semakin semangat menggodanya.”O my God! Doryeonnim ternyata sangat menyukai masakanku… hamba merasa tersanjuuung…”

“Berisik kau, Lee Jieun.”

Jieun tertawa lepas. Mungkin Myungsoo yang salah tingkah seperti ini bisa jadi hiburan baru untuknya.”Kau lumayan juga kalau sedang tertawa.”Myungsoo tiba-tiba berkata entah darimana, membuat Jieun otomatis berhenti tertawa dan menatapnya.”hah?”

“Sering-seringlah tertawa. Itu lebih baik daripada mengerutkan kening dan mengerucutkan bibirmu sepanjang waktu.”

Jieun terdiam lagi oleh kata-katanya, entah untuk keberapa kali dalam beberapa menit ini. Seriusan, apa Myungsoo memang punya jurus sakti lain untuk punya kemampuan selain itu? Selain menakut-nakuti (yang sekarang tampak konyol), loncat dari lantai lima tanpa lecet sedikitpun dan mengiris urat nadinya sendiri maksudnya.

“Istirahat lima menit lagi lho.”Myungsoo dengan riang mengingatkan, lalu melahap sesendok penuh bibimbap.

Dan Jieun tersadar dari lamunan paling tidak pentingnya, dan bergegas melahap makan siangnya. Ia berusaha mengabaikan makhluk aneh didepannya, dan itu cukup mudah dengan bantuan bibimbap, kimchi, dan telur gulung buatannya. Rasanya ternyata memang enak. Jieun tersenyum atas bakat yang baru saja disadarinya itu. Setidaknya, aku tahu bagaimana cara membuat box lunch yang enak!

Dan pada akhirnya, mereka berdua memang menghabiskan makan siang mereka berdua saja diatas rooftop, semenjak itu, dan seterusnya.

**

Tak terasa hari pertama ujian sudah tiba. Jieun hampir saja tak membuat makan siang lagi untuk Myungsoo kalau Myungsoo tidak mengancamnya dengan sangar, saking kalapnya Jieun akan ujian dan segala hal tentang itu. Padahal, hampir semua anak tenang-tenang saja. Dan meskipun ada yang panik, mereka takkan mungkin sepanik Jieun, sampai memikirkan berbagai obat agar ia bisa terjaga dimalam hari untuk menghafal dan juga tak mengantuk saat mengerjakan soal.

“Lee Jieun.”Myungsoo memanggil gadis yang sekarang wajahnya terbenam seluruhnya dalam buku besar berjudul rumit. Myungsoo bahkan tak mau membacanya.

“Ya.”

Jieun masih tetap tak bergeming. Bahkan gadis itu sama sekali tak menyentuh kotak makannya sendiri. Sedari tadi asik saja dengan buku besarnya itu.

Baka! Jieun masih terdiam. Myungsoo tertawa karena Jieun tak tahu ia baru saja mengatainya.

“Ya!”tiba-tiba wajah Jieun yang sangar menyembul dari balik buku.”Berani-beraninya kau mengataiku dengan bahasa lain!”

“Oh, ternyata kau tahu bahasa Jepang juga.”ucap Myungsoo polos, sejujurnya masih syok dengan wajah sangar Jieun yang terlalu mendadak.

“Ayahku lulusan Sastra Jepang. Ia mengajariku bahasa itu karena akupun semangat mempelajarinya. Kadang, kami bicara pakai bahasa Jepang, terutama kalau sedang menggoda Ibu.”Jieun menjelaskan, dengan nada mengenang.

Seketika setelahnya, hening menyelimuti mereka. Jieun kemudian sadar ia baru saja menceritakan mendiang ayahnya, sesuatu yang sangat ia hindari, namun cerita itu begitu saja mengalir.

“Lupakan.”ucap Jieun kemudian, dan kembali pada bukunya.

“Ya Lee Jieun, kau sama sekali tak asik. Kalau kau tak mau makan, kumakan nih makan siangmu.”

“Makan saja.”ucap Jieun datar dari balik buku.

“Tapi kau harus makan.”ucap Myungsoo begitu saja. Jieun meliriknya dari balik buku, tapi kemudian kembali lagi ke dalam bacaannya.”Aku makan nanti.”

“Nanti kapan sih? memangnya kau punya waktu lain? Istirahat saja kau gunakan untuk membaca. Apalagi waktu lain.”

“Kau seperti ibuku saja.”gerutu Jieun, tapi masih tak menurut.

“Ya, apa perlu kusuapi?”

Gagasan tentang Myungsoo menyuapinya, membuat Jieun merinding. Menyuapi pasti hanya sebutannya saja. Pasti si Myungsoo ini akan menjejalkan makan siangnya secara paksa, atau cara lain yang berbau pemaksaan dan kekerasan.

Saat Myungsoo mulai membuka kotak makannya, ia menyerah dan merebut kotak makan itu.”baik baik, aku makan sekarang!”serunya kesal, setengah hati menyimpan bukunya dan mengambil sumpitnya. Meski begitu, ketika makanan sudah benar-benar ada dihadapannya, ia takkan pernah bisa menolak dan akhirnya makan dengan lahap.

Myungsoo yang makanannya sudah habis sejak tadi, memerhatikan Jieun dan tersenyum. Senyum yang biasa merekah ketika memperhatikan Jieun makan dengan lahap – sejak kali pertama mereka makan bersama.

**

Saat hari-hari ujian berlangsung, Lee Jieun sama sekali tak bisa diganggu. Bahkan ancaman Myungsoo sama sekali tak didengarnya. Otaknya sudah terkontaminasi dengan berbagai rumus dan hafalan lainnya. Dan pada akhirnya Myungsoo menyerah, membiarkan anak itu sibuk dan panik sendiri dengan ujiannya.

Hari-hari ujian berlangsung dengan cepat, dan beberapa hari kemudian hasilnya terpasang di setiap sudut sekolah. Lee Jieun tahu ia pasti tidak akan menempati posisi pertama, tapi ia memaksakan diri untuk melihatnya, memastikan peringkatnya tak turun dan nilainya-nilainya naik. Dan memang begitu setiap tahunnya. Kim Myungsoo ada di urutan pertama, Lee Jieun dikedua, dan baru Jieun sadari selama ini, bahwa Sungyeol lah yang menempati posisi ketiga. Seketika Jieun berpikir, apa Sungyeol telah melupakan setiap pelajaran yang ia pelajari selama berabad-abad? Tapi, ia merasa bersyukur juga, karena itu ia bisa menempati posisi dua. Posisi yang sekarang ia persembahkan untuk Ayahnya, untuk dirinya sendiri, dan bukan lagi untuk mendapat perhatian ibunya. Entah kenapa, ia jadi dengan mudahnya mengabaikan ucapan-ucapan ibunya yang menyakitkan ketika membandingkannya dengan kakak tirinya yang maha-sempurna itu. Sekarang, ia merasa bahagia, dan jujur harus ia akui itu terjadi semenjak Myungsoo menyadarkannya. Ternyata, anak itu boleh juga.

“Berapa lamapun kau melihatnya, peringkatmu tak akan naik.”

Oke, Jieun tarik lagi kalimat terakhir.

Myungsoo berjalan santai dengan gaya sok nya yang biasa ke arahnya, menyunggingkan senyum penuh kemenangan dan congkaknya itu. Tapi, entah kenapa, kali ini Jieun mencibirnya dengan perasaan riang – bukan kesal menjijikkan yang selama ini ia rasakan tiap kali melihat papan pengumuman, tiap kali melihat kegagalannya.

“Aku harus jadi abnormal dulu supaya bisa mengalahkan nilai sempurnamu.”

“Cobalah jadi abnormal. Aku ingin lihat apa ada yang bisa mengalahkan lulusan beratus-ratus sekolah, mulai dari akademi paling terkenal di Jaman Joseon – Akademi Sungkyungkwan.”

Lee Jieun tercengang juga, tak pernah memikirkan itu sebelumnya. Baru kemarin soal-soal tentang sejarah Sungkyungkwan keluar, dan Jieun membayangkan Myungsoo menjawab soal-soal itu sambil mengenang masa lalunya dengan teman-temannya, juga guru-gurunya. Ah! Ini memang tak adil. Bagaimana ia bisa mengalahkannya jika ia hanya menghafal dari buku sementara Myungsoo mengalami sendiri kejadiannya?

“Dasar, ini tak adil.”gerutu Jieun sebal. Myungsoo hanya tertawa.

“Kapan-kapan,”Jieun tiba-tiba berkata,”ceritai aku soal Sungkyungkwan ya? terutama tentang skandal itu. Apa kau hidup di era itu?”

“Mungkin cerita bisa menyusul Lee Jieun. Kan, ada banyak waktu untuk kita.”

“Hah? Maksudmu?”

“Tahun depan, kita sekelas.”

“Hah?!”

Jieun terhenyak ditempatnya ketika Myungsoo mengumumkan hal itu. Hal paling konyol yang tak pernah mau ia dengar.

Ia, dan Myungsoo – sekelas?!

Mimpi buruk apa lagi selain menjadi budak dan sekelas dengan majikannya? tidak sekelas saja permintaan Myungsoo sudah sangat merepotkannya. Apalagi sekelas? Lee Jieun membayangkan Myungsoo memaksanya memijitnya tiap lima menit sekali.

Oke, itu mengerikan.

“Lucu sekali.”ucap Jieun sinis.

“Lah? Kita memang sekelas. Kelas spesial, kau ingat? Untuk peringkat lima belas teratas. Masa sih, kau lupa?”

Dan Jieun memang melupakan satu hal itu. Ia tak pernah lupa akan kelas spesial – itu menghantuinya sepanjang semester, dan ia tak pernah lupa bahwa ia takkan pernah bisa mengalahkan Myungsoo semenjak tahu identitas aslinya. Tapi ia tak pernah menyadari bahwa Myungsoo yang selalu menempati posisi pertama, juga otomatis akan menempati kelas spesial di kelas tiga.

Wajah Jieun mendadak pucat pasi.

“Dan ah, ya.”Myungsoo melanjutkan, entah sadar atau tidak pada makhluk dihadapannya yang sudah menciut ingin lari dan memprotes pada siapa saja bahwa ia takkan bisa tinggal sekelas dengan Kim Myungsoo – apapun alasannya itu. Jieun terus memikirkan berbagai cara sementara Myungsoo terus bicara, memikirkan berbagai cara untuk mengeluarkan Myungsoo dari kelas spesial, tapi yang ada dibenaknya jika ia memprotes adalah dia sendiri yang bakal ditendang keluar. Bukan Myungsoo favorit para guru, bukan Myungsoo dengan se ton fansnya yang bakal jadi pelindung cuma-cuma untuknya jika Jieun menggalang aksi protes.

“Setuju ya?”

“Hah?”Jieun tersadar ketika Myungsoo mengucapkan kalimat terakhir.

“Oke, aku anggap kau setuju. Kujemput kau besok ya, sekitar jam sembilan.”

“Tunggu, apasih maksudmu?”

“Kita akan ikut kontes itu.”Myungsoo menunjuk pamflet yang dipasang disebelah pengumuman ranking, sementara itu hati Jieun mencelos melihatnya, tapi Myungsoo tak peduli dan melanjutkan,”Sebagai majikan dan budaknya. Setuju tak setuju kau tak bisa menolak. Ujian membuatku pusing jadi kau harus suguhkan hiburan untukku.”

Ingin rasanya mengenyahkan Myungsoo. Tapi ia tahu itu sia-sia. Membunuhnya pun takkan berguna.

“Tapi, aku tak suka kalah. Jadi besok kita bicarakan kontes bodoh itu, oke? Kujemput jam 9. Awas kau kalau tak ada dirumah.”

Oh, terkutuklah si Myungsoo itu!!!!

“Aku tak mau! Aku tak pernah mau ikut kontes itu. Lihat, kau sendiri saja menyebutnya bodoh. Pokoknya, aku tak mau!”

“Semakin kau menolak, semakin ingin aku melihatmu ikut kontes itu.”Ia tertawa licik.”Besok jam 9 ya, Lee Jieun. Dah.”Ia berbalik dan melambaikan tangannya, berjalan pulang dengan langkah ringan sementara Jieun mengutuknya, benar-benar mengutuknya dengan sumpah serapah, tapi Myungsoo hanya tertawa puas mendengarnya.

Lagipula, siapa suruh tak membuatkannya makan siang selama dua minggu penuh?

**

Jieun menatap pamflet itu dengan naas. Ia membacanya berulang kali dan menabahkan hatinya tapi yang ada pikirannya semakin kacau. Jieun membaca lagi deretan lomba yang tertera untuk kontes berpasangan itu. Tak ada judul yang normal. Oh, terkutuklah siapapun yang punya ide untuk lomba ini, juga untuk orang yang dengan bodohnya mewujudkan ide itu. Dan, berani-beraninya si Myungsoo itu mempermainkannya dengan melibatkannya dalam kontes bodoh ini!

Tiba-tiba saja suara ketukan pintu diiringi suara ibunya mengagetkannya. Ada apa ibunya mengetuk pintu kamarnya? ini jarang sekali terjadi dan Jieun tak punya perasaan bagus soal ini.

“Jieun? Apa kau di dalam?” Jieun membuka pintu dan mendapati Ibunya tersenyum-senyum sendiri, namun ekspresinya berubah cepat ketika melihatnya. Tiba-tiba, pukulan ibunya melayang tepat di lengannya.

“Ouch! Ibu! Ibu ini apa-apaan sih?!”

“Harusnya ibu yang tanya begitu! Kau ini, aduh.”Ibunya kelihatan panik.”Kau ada janji dengan pacarmu dan kau masih dalam kaus oblongmu?”

“Memangnya kenapa?!”tanya Jieun sewot. Kemudian ia sadar satu hal.”Pa-car? Pacar? Pacar apaan?!”

“Teman laki-lakimu! Tapi tak mungkin kau punya teman laki-laki seganteng itu. Pasti pacarmu ya? Kenapa tak bilang pada ibu, huh?! Kalau bilang, ibu akan menjamunya dengan labih baik!”

“Siapa sih yang ibu bicarakan?!”seru Jieun sewot. Ia akhirnya menyelinap tanpa bisa Ibunya cegah dan dengan tergesa-gesa pergi ke ruang tamu. Dan wow, bukan kejutan baru. Seharusnya Jieun bisa menebak, siapapun yang ingin membuat hidupnya susah pastilah anak laki-laki yang sekarang kini tengah duduk dengan wajah (sok) polosnya, memasang tampang (sok) ganteng dan tersenyum (sok) manis ketika melihat ibunya.

“Ah, maaf, Jieun masih belum siap. Jieun-“

“Ibu, sepertinya aku harus segera pergi.”potong Jieun sambil mengambil mantel yang menggantung di gantungan dipinggirnya, mungkin mantel kakaknya, ia tak peduli. Ia melemparkan death glare pada Myungsoo dan dengan buru-buru menyeretnya keluar dengan kasar. Tapi sialnya, masih sempat-sempatnya anak laki-laki itu memamerkan senyumannya pada Ibu Jieun yang mengikuti mereka dari belakang dengan bingung dan heran, tapi begitu Myungsoo tersenyum ke arahnya Ibu Jieun langsung tersenyum balik, seketika lupa dengan kebingungannya sendiri.

“Saya pergi dulu.”tuturnya sopan, membungkuk singkat dan berakting membukakan pintu mobilnya yang super mewah berwarna hitam mengkilat untuk Jieun (yang Jieun tak tahu darimana ia dapat mobil sebagus ini, karena mobil ini jauh berbeda dengan mobil yang suka dipakai mengantar-antar pesanan samkyetang kedai Sunggyu). Jieun baru saja mau memprotes ketika Ibunya berkata dengan nada kelewat sumringah,”Ya, silahkan, silahkan! Jaga Jieun baik-baik,ya!” Jieun memutar bola matanya dan dengan terpaksa masuk ke mobil.

“Tentu saja, Omonim.”dan Myungsoo masuk ke mobil, tersenyum puas ketika menyadari Ibu Jieun begitu tersanjung dipanggil ‘Omonim’ olehnya hingga membeku beberapa detik di tempatnya. Dan begitu ia sadar, mobil itu sudah melaju pergi.

Begitu rumah Jieun sudah hilang dari pandangan, Jieun langsung menyemprotnya kasar,”Kau ini gila atau apasih?! Beraninya datang ke rumahku! Dan apa itu tadi, Omonim? Heol, yang benar saja!”

“Ibumu kelihatannya suka sekali.”

“Tutup mulut!”seru Jieun kesal dan tak tahu harus berbuat apa lagi. Ingin sekali ia membuat bocah ini babak belur tapi itu sama sekali tak ada gunanya.

“Ah sial!”Jieun meniup rambut di keningnya, melipat kedua tangannya dan terus memandang keluar jendela. Tapi si Myungsoo itu malah kelihatan senang sekali, terbukti dengan ia bersiul-siul riang dan menyetel lagu yang Jieun tak tahu lagu apa maupun siapa yang menyanyikannya. Namun anehnya, telinga Jieun malah menyimak dan kedengarannya suara-suara ini betul-betul tak asing….

“INFINITE, kalau kau bertanya-tanya.”tiba-tiba Myungsoo bersuara.

“Apa?”

“Yah, lagu ini. INFINITE yang menyanyikannya.”

“O..oh.”timpal Jieun dan kembali melihat jendela, tak tahu harus berkata apa lagi. lagipula, siapa itu INFINITE?

tunggu, tadi dia bilang INFINITE?

“INFINITE?!”seru Jieun terbelalak.”Maksudmu.. yang menyanyikan lagu-lagu ini… kau dan hyung-hyungmu itu?”

Myungsoo kemudian tertawa puas.”Ya, memangnya kenapa? Jangan pikir selama beratus-ratus tahun kami hanya pergi sekolah.”

Jieun kemudian mengerti. Mereka punya begitu banyak waktu untuk mempelajari banyak hal, kalau mereka mau. Dan, seharusnya Jieun tidak kaget ketika tahu bahwa mereka telah menciptakan lagu dan bernyanyi bersama.

“Tunggu, ini suaramu?”tanya Jieun tak percaya.”Ya, memangnya kenapa?”

Lalu pada akhirnya, Jieun lah yang tertawa terbahak-bahak.

“Berisik! Kau tidak dengar aku sedang bernyanyi?!”

Tapi Jieun masih tertawa puas, terpingkal-pingkal di jok mobilnya.”Seriusan,”Jieun berkata dengan susah payah di sela tawanya, sambil menyeka sebulir airmatanya,”suaramu…. kocak.”

“Diam.”Myungsoo berubah jadi dingin, tapi Jieun tak peduli.”Ternyata selama beratus-ratus tahun tak membuat suaramu jadi bagus.”

“Berisik! Aku latihan vocal dengan keras, tahu!”

“Ya, ya, ya. Bolehlah. Suaramu memang stabil dan blablabla semacamnya. Aku bisa saja bilang suaramu bagus kalau aku tak dengar suara Woohyun dan Sunggyu.”

“Sekarang kau bisa diam, Lee Jieun?”

“Oke-oke.”Jieun menurutinya dengan setengah hati. Meskipun begitu, setiap bagian Myungsoo terdengar, ia selalu cekikikan.

Sepanjang perjalanan itu, Jieun sukses membalikkan keadaan. Namun kebahagiannya tak bisa berlangsung lama…

**

Yang benar saja, Kim Myungsoo membawanya ke mall!

Oke, mungkin itu kedengaran bukan masalah kan?

Tapi serius, ini masalah BESAR!!

Jieun mengutuk berbagai hal yang dilaluinya, yang melihat Myungsoo dengan terkagum-kagum kemudian ganti melihat dirinya dengan tatapan heran langsung berganti jijik.

Kelihatannya Kim Myungsoo memang berniat sekali menjadikannya kelihatan seperti babu sungguhan.

Coba saja kau pergi ke mall dan melihat laki-laki plus mobil mewahnya, dengan pakaian terbaiknya, dan sialnya wajah tampannya, membuat gadis manapun terhipnotis. Dan sekarang bayangkan laki-laki itu membawa gadis dengan rambut acak-acakan dan diikat seadanya, tanpa seulas pun make up dan memakai kaus putih oblong, celana pendek (tipe celana yang kau suka pakai di rumah saja) lalu jangan lupakan mantel kebesaran yang ia kenakan entah untuk apa, yang meskipun kelihatan mewah (karena berhubung ini milik kakak-tirinya) tetap saja membuat dirinya kelihatan seperti orang kampung kelihatan ingin kaya dan trendi karena pergi dengan laki-laki tampan dan kaya namun tentu saja gagal total. Dan jangan lupakan sandal kamar Keropi nya yang konyol dengan warna hijau menyala. Jieun sekarang bahkan mengutuk senyuman lebar si Keropi yang seolah mengoloknya.

Jieun mengikuti Myungsoo dengan kepala menunduk, berusaha menghindari berbagai tatapan orang-orang. Ia tak pernah peduli pada penampilannya, dan juga apa kata orang. Tapi menghadapi orang-orang elite di mall elite dengan gayanya yang sekarang (yang betul-betul parah) mau tak mau membuatnya risih.

“Nah, ketemu.”Jieun yang daritadi berjalan di belakang Myungsoo dengan kepala menunduk menabrak punggungnya ketika ia tiba-tiba berhenti.

“Ketemu ap—“

Jieun menatap butik dihadapannya. Entah darimana bocah licik itu tahu ia benci melakukan hal-hal seperti ini. Myungsoo melenggang masuk dengan elegan, dan pelayan-pelayan yang menjaga butik itu otomatis tersenyum begitu manis kepadanya. Entah karena Myungsoo memang tampan dan sebagainya, atau karena mereka mengendus bau uang dari Myungsoo.

“Hmm, tolong berikan beberapa rekomendasi gaun untuk gadis itu.”Myungsoo menunjuk Jieun yang masih mematung diluar.

“Ah, ya…”Jieun tak bisa mengartikan mana yang lebih pelayani itu kasihani: ia dengan penampilan gembelnya atau ‘Myungsoo si Tuan Kaya’ yang membawa dirinya.

“Mari, ikuti saya, N… Nona.” Oke, bahkan pelayan itu ragu-ragu menyebutnya ‘Nona’. Separah itukah ia hari ini?

Jieun dengan nelangsa mengikuti pelayan itu, dan ketika ia melewati Myungsoo, bocah itu hanya menyeringai.”Selamat bersenang-senang.”ujarnya dengan ramah yang dibuat-buat.

Jieun mencibirnya, dan kemudian pikiran jahil melintas di benaknya.

Jika Myungsoo mau bermain, maka ayo! Lihat saja siapa yang menang nanti.

**

Myungsoo tak tahu hal seperti ini memakan begitu banyak waktu. Jujur saja, ia bosan setengah mampus. Tapi kelihatannya, diluar ekspektasinya, Jieun asik-asik saja terus memilah ini itu, padahal dua jam sudah berlalu. Pelayan-pelayan itu berusaha masih sabar melayani Jieun yang sedari tadi pilihannya terus menerus berubah.

“Ah, yang ini jadi kelihatan norak. Menurutku, yang putih tadi lebih simple dan pas.”

Pelayan itu tersenyum letih.”Baik, Nona. Kalau begitu, satu gaun ini?”

“Tapi tunggu dulu,”Jieun kembali mengaduk-aduk berbagai pakaian yang tergantung disana, sesungguhnya tak benar-benar memilih meskipun wajahnya sebisa mungkin menunjukkan raut wajah serius, seolah pilihan gaun ini adalah hidup dan matinya. Kalau kau ingin tahu rahasianya, kaki Jieun sudah begitu pegal dan ia sama sekali tak mengerti dengan berbagai gaun mahal yang kelihatannya sama saja ini. Kalau ia kakaknya, pastilah ia akan mensyukuri sekaligus sangat menikmati momen pilih-gaun-gratismu-sendiri ini. Tapi ketika melihat Myungsoo yang duduk bosan disudut sana, ia begitu puas dan ia mengaduk gaun-gaun itu lebih semangat. Kemudian dengan acak ia menarik salah satu gaun yang menurutnya tak jelas bentuknya.

“Nah, menurutmu yang warna emas ini bagaimana?”

Si pelayan, yang diam-diam mendesah, menjelaskan sesingkat mungkin. Tapi Jieun juga ingin balas dendam pada si pelayan ini, yang menatapnya seolah ia tak pantas berada disini. Hah, rasakan saja sendiri akibatnya.

“Yang pink tadi aku suka, kelihatannya lebih baik, tapi aku ragu itu bakalan cocok untukku…”

“Yang violet? itu bagus. Cuman ini kan buat acara sekolah! Masa aku pakai gaun semewah itu? Teman-temanku kasian nanti.” Diam-diam dalam hati, Jieun meminta maaf pada temannya atas bualan kurang ajarnya ini.

“Nah, aku suka sekali yang ini! Tapi aku yakin Myungsoo bakal tak menyukainya. Yah, aku kan disini untuk dia, masa aku pilih gaun yang ia benci sih..” Jieun membual lagi, dan pelayan-pelayan itu berada di batas kesabarannya.

Dan kelihatannya, Myungsoo juga. Ia tiba-tiba ada disamping Jieun dan menatapnya tajam.

“Kau bisa pilih gaun mana saja,”ujarnya berusaha kelihatan tak marah meskipun matanya jelas mengatakan hal lain,”kau juga bisa pilih gaun yang aku benci,” Jieun mendadak tersenyum kaku karena ternyata Myungsoo mendengar bualannya tadi,”tapi cepatlah. Kita tidak punya banyak waktu, bukan begitu?”

Jieun tersenyum kikuk.”ah, ya. waktu. Aku hampir lupa.”Jieun berusaha kedengaran sepolos mungkin.

“kalau begitu…” Jieun menatap ngeri tumpukan gaun yang sedari tadi ia pilih dengan acak. Mendadak ingatannya tentang gaun-gaun tadi kabur, dan dengan bermodal instingnya, ia memilih empat gaun dengan acak.

“sekarang, cobalah.”

“Hah?!”

“bagaimana kalau ukurannya tak pas dan sebagainya? Waktu kita tak banyak, kita tak bisa kemari lagi,” diam-diam Myungsoo menambahkan dalam hati, sumpah mati aku tak pernah mau lagi membawa anak perempuan ke mall.

“ya, kalau begitu… baiklah.”

Jieun dengan naas berjalan ke arah ruang ganti baju. Ia tak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Myungsoo melihatnya memakai gaun.

**

Myungsoo menunggu momen dimana ia bisa menertawakan gadis itu dengan puas, tapi ternyata ia harus kecewa. Entah kenapa Jieun sedikit lebih cerdik darinya hari ini, karena aktingnya berjalan dengan mulus. Ia mencoba gaunnya di dalam, begitu lama, dan keluar lagi dengan pakaiannya yang semula. Katanya ia telah memutuskan di dalam, dan alasan kenapa ia tak keluar memperlihatkannya pada Myungsoo adalah untuk kejutan untuk event nanti. Sialan!

“Hehe, kau akan melihatnya nanti. Pasti kau akan suka!”Jieun berakting dengan genit setelah Myungsoo dengan marah membayar gaun entah mana yang Jieun pilih, namun matanya berkata, Aku menang hari ini, dan para pelayan akhirnya beranggapan bahwa mereka adalah pasangan bahagia yang kaya-raya dan suka melakukan ‘kejutan-kejutan’ untuk pasangannya, lalu pulang dengan bahagia.

“Aku tak tahu kau bisa akting.”Myungsoo mendengus sambil menyalakan mesin mobilnya.

“Yah, kau kan mau main drama. Kau sudah akting dengan bagus, masa aku harus merusaknya?”ujar Jieun riang.

“Oh Lee Jieun, lihat saja nanti! Kau akan mampus di event sekolah nanti!”

“Oke, kalau kau berani. Lihat saja siapa yang menang!”

**

Ujian telah berlalu, dan para murid dengan semangat mempersiapkan untuk acara akhir sekolah sebelum libur panjang dimulai. Semuanya, ya, tak terkecuali Jieun. Meskipun dalam kasus Jieun, ia bersemangat karena ia berencana akan melakukan pembalasan pada Kim Myungsoo atas sikap kurang ajarnya mendaftarkan dirinya di dua kontes, dan salah satunya adalah ia di daftarkan sebagai kontestan di satu-satunya kontes perseorangan, dan menurut Jieun itu adalah kontes paling bodoh yang pernah ada.

Dan, ia berencana untuk membuat bodoh Myungsoo di hadapan semua orang, bukan dirinya.

Ia telah mempersiapkan rencananya dengan matang. Meskipun Myungsoo sudah memberitahu tentang scenario norak sekaligus bodohnya, ia berencana akan melawan dan akan berpura-pura menurut. Dan hari ini adalah hari H nya. Sekolah didekor habis-habisan demi acara ini, dan tak ada satupun, bahkan para guru-guru, yang keberatan dengan dekor kelewat maksimal ini. Jika kau datang, kau pasti takkan mengira ini adalah sekolah. Kau bakalan mengira ini tempat lantai dansa jika kau datang ke lapangan indoor, atau kau akan kira tempat ini adalah restoran bintang 5 super romantis ketika datang ke lapangan, atau ketika kau ada di koridor, kau takkan merasa takut karena koridor sekolah yang biasanya hanya diberi penerangan dengan lampu temaram sekarang begitu terang benderang. Sementara itu, kelas-kelas digunakan untuk tempat semua kontestan, baik itu perseorangan, couple yang mana paling dominan (berhubung memang ini temanya), kelompok maupun satu kelas bersiap-siap untuk pentas. Dan panggung utama tentu saja ada di aula sekolah, yang sekarang kira-kira sudah jadi semacam Bunkamura Hall yang maha megah itu. Jieun tak habis pikir mau-maunya sekolah membayar begitu banyak hanya untuk acara akhir sekolah. Padahal, kan, ini bukan akhir semester dua. Mungkin karena ini adalah saat terakhir kelas tiga bisa bersenang-senang sebagai murid SMA, karena tahun depan mereka semua mulai masuk kuliah. Tapi biasanya, perpisahan kelas tiga sekalipun tak pernah seheboh ini. Biasanya hanya dirayakan secara biasa di malam hari sebelum pagi dengan perayaan formal karena mengikutsertakan para orangtua murid, dan sekalipun acara tanpa orangtua murid pun terasa seperti acara di kuburan dengan music jadul yang membosankan pilihan para guru, dan tak ada murid yang tahan sampai jam sembilan. Tapi kelihatannya sekarang, mereka akan tahan sampai matahari terbit.

“Jieun!”Jei tiba-tiba datang dan mengamit lengannya.”aku tak percaya bisa kangen padamu!”ujarnya cerah. Jieun tersenyum, ia sadar ia juga rindu pada sahabatnya yang satu ini. Dan apalagi, tahun depan mereka takkan sekelas. Rasanya sedih juga, karena selama ini cuma Jei lah yang jadi sahabatnya.”Tahu tidak, kau beruntung sekali bisa sekelas dengan Myungsoo.”Jei mengerucutkan bibirnya,”ah, harusnya aku belajar lebih keras.” Jieun hanya menggeleng-geleng. Bagaimana seseorang bisa punya motif belajar lebih keras demi makhluk paling menyebalkan sejagat raya itu?

“Selain itu, kesempatanku untuk menghabiskan waktu bersama Myungsoo gagal total. Padahal, aku sudah mengiriminya surat setidaknya dua kali sehari semenjak pamflet disebar.”

“apa? mengiriminya surat?”

“oh, Jieun, masa kau tak tahu sih?” dan Jieun menggeleng.

“Yang benar saja. Kan, cewe seluruh sekolah bersaing ketat demi jadi pasangan Myungsoo di kontes hari ini. Kontes ituloh, yang ‘Best Couple of The Year’. Semua orang bisa ikutan kontes itu, entah itu couple asli ataupun fake. Dan katanya hadiahnya keren. Nah, makanya dari awal pamflet itu disebar, semuanya berlomba-lomba…”

Kata-kata Jei mendadak mengambang, tak lagi masuk ke kepalanya. Celaka. Kontes itulah dimana Myungsoo dan ia akan berpartisipasi, meskipun Myungsoo akan mengumumkan ke seluruh sekolah bahwa ia dan Myungsoo adalah budak dan majikan, bukan sebagai couple. Dan sialnya, Myungsoo berniat untuk menang. Dan Jieun tahu, Myungsoo sama sekali tak suka dengan kata ‘kalah’. Entah itu dalam hal serius, maupun hal bodoh seperti ini. Entah apa yang ada di pikiran sempitnya itu. Dalam hati Jieun berdoa, semoga Myungsoo membatalkan rencana bodohnya, tapi tampaknya itu mustahil. Karena yah, si Myungsoo itu ada di hadapannya sekarang ini.

Jei berhasil menutup mulutnya agar tak menjerit. Myungsoo tersenyum ke arahnya dan Jei berjingkrak-jingkrak ditempatnya sendiri. Dan Jieun?

“Aku harus siap-siap. Bisa minggir?”

Myungsoo tersenyum kalem.”Kita kan sudah sepakat. Sekarang, ayo. Aku yang akan mempersiapkanmu. Jieun tak suka nada bicaranya. Sementara itu Jei mulai bingung ditempatnya.

“Jieun…?”

“Oh, aku pinjam Jieun ya. Harusnya sih aku tak usah ijin, dia kan couple ku hari ini.”

“ap- APA?!”Jei benar-benar menjerit dan Jieun harus menutup telinganya sambil menahan keinginan untuk menutup mulut Myungsoo dengan apapun. Bagus. Sekarang ia harus menjelaskan pada Jei.

“Jei, dengar, aku benar-benar tidak mau mengikuti apapun apalagi menjadi couple nya di ajang bodoh ini tapi-“

“Penjelasan bisa menyusul.”potong Myungsoo kalem.”Ayo, sekarang ikut aku.”sebelum Jieun bisa protes, dan sebelum Jei menjerit lagi, Myungsoo menarik lengan Jieun pergi dari sana.

**

“Berani sekali kau memotongku!”Jieun uring-uringan. Untunglah Myungsoo pergi menyelinap ke koridor yang sepi.”Waktu kita tak banyak. Giliranmu tampil sebentar lagi dan kau sama sekali belum siap-siap!”

“Oh memangnya apa yang harus kusiapkan? Aku bisa pergi kapan saja.”

“dengan T-Shirt kesayanganmu? Sayangnya tidak. Kau harus pakai gaun itu.”

“Oh, kenapa sih harus pakai gaun?”

“Karena aku membelikannya untukmu untuk acara ini dan kau tak bisa menolak.”mungkin kalau kasusnya lain, Jieun akan tersentuh mendengarnya.

Mereka sampai sebelum Jieun membalas, dan Jieun tahu ini adalah perpustakaan, satu-satunya tempat yang tak didekor karena yah, apa yang akan kau lakukan memangnya diperpustakaan di acara seperti ini?

“Oh, kau lama sekali sih.”seorang wanita yang cantik luar biasa menyapa mereka dengan wajah setengah kesal (yang ditujukan untuk Myungsoo) dan setengah tersenyum (yang ditujukan untuk Jieun). Jieun masih terpaku, pada fakta bahwa seharusnya tak ada wanita yang bisa begitu cantik hanya dengan rambut setengah ikal acak-acakan, make up tipis, wajah pucat, dan denim biru dan celana jins yang begitu simple.

“Noona, percayalah padaku. Membawanya tak lebih mudah daripada menemukan sumber-sumber sialan itu.”

Jieun tahu apa yang dimaksud Myungsoo dengan ‘sumber’ adalah buku yang ditugaskan padanya untuk dicarinya, meskipun Jieun tak tahu sama sekali apa artinya, tapi Jieun kemudian sadar. Dia tahu siapa sebenarnya Myungsoo.

“Hai. Kau cantik sekali.”sapa wanita itu tersenyum. Jieun tahu ia sama sekali tak pantas dapat pujian itu dari seseorang yang begitu cantiknya.

“Ngomong-ngomong, aku Chaewon. Moon Chaewon.”ia mengulurkan tangannya ramah.”Jieun. Lee Jieun.”Jieun memperkenalkan dirinya malu-malu.

“Jadi, kau yang Myungsoo ceritakan itu.”

“Ceritakan?”Jieun hampir tak bisa mempercayai pendengarannya sendiri.

“Ya, noona! Jangan singgung hal itu!”

“Cerita apa?”

Chewon tertawa puas sambil menggiring Jieun masuk ke bagian perpustakaan yang lebih dalam, mendudukannya di kursi dan Jieun menurut dengan mudahnya. Bahkan ia setengah tak sadar melakukannya. Di hadapannya, meja sudah penuh berserakan oleh berbagai kosmetik dan benda-benda lain yang biasa Jieun lihat di kamar kakak-tirinya.

“Yah, katanya dia punya seseorang yang bisa melakukan tugasnya plus membuatkannya box lunch setiap hari.”

“Noona!”Myungsoo mengacak-acak rambutnya kesal. Jieun terkikik geli, tak percaya Myungsoo adalah tipikal orang yang curhat pada seorang noona.

“Apa kalian makan bersama? soalnya Sungyeol akhir-akhir ini mulai mengeluh soal sikap aneh Myungsoo.”

Jieun tak mau menjawabnya, begitu pula Myungsoo yang kini melotot sampai Jieun khawatir matanya bisa-bisa keluar.

Chaewon tertawa lagi sambil membenahi rambut Jieun.”Ah, Myungsoo. Kau mengganggu girls time saja. Sudah pergi sana! Bukannya kau juga harus siap-siap?”

“Aku – yah. Baiklah. Aku serahkan padamu Noona. Buat ia seperti yang kusuruh.”

“Bawel! Sudah pergi sana!”

Chaewon tersenyum penuh arti pada Jieun ketika bocah itu pergi.”Un..”

“Gwaenchana. Panggil saja aku Unni. Jangan kikuk. Kau boleh menganggapku kakakmu sendiri, dan aku akan sangat senang bila kau menganggapku begitu.”ujarnya riang.

Jieun tersenyum. Meskipun ia baru mengenalnya beberapa menit, rasanya ia telah mengenalnya begitu lama. Dan Jieun merasakan sosok seorang kakak, kakak yang sebenarnya, bukan seperti kakak-tirinya yang selalu menyulut api peperangan untuk memenangkan perhatian ibunya diantara mereka.

“apa.. apa Unni INFINITE juga?” Chaewon tersenyum lembut.”sebenarnya aku tak menamai diriku INFINITE, tapi ya, aku memang seperti mereka. Namun, jauh lebih tua.”

Jieun membayangkan Chaewon beratus-ratus tahun lalu. Meskipun tak susah membayangkan ia memakai hanbok, rasanya masih sulit percaya bahwa Chaewon masih bisa secantik ini setelah hidup ratusan tahun.

“Sebenarnya, aku dengan suamiku yang menemukan mereka. Mengurus mereka ketika mereka baru saja jadi INFINITE.”Chaewon bercerita, sambil masih melakukan sesuatu dengan rambutnya.

“Benarkah?”

“Ya. Suamiku juga seperti mereka. Namun yah… sedikit agak berbeda. Ah, sayang sekali suamiku tak bisa datang! Lama-lama ia bisa membusuk di lab nya sendiri.”Chaewon mendengus kesal.

“Unni.”tiba-tiba Jieun berkata,”ceritai aku lebih banyak soal INFINITE ya? Bisakah?”

“Tentu saja. Kau orang yang unik. Tidak lari atau menatap aneh kami ketika tahu siapa kami sebenarnya, dan aku sangat menghargai itu. Jadi, kau tentu berhak mendengar ceritanya. Tapi sebelum itu, bisakah kau cuci muka dulu?”

“hah? cuci muka?”

“Yap, supaya riasannya optimal.”

“R.. Riasan?”

“Oh, ayolah Jieun! Memangnya aku kesini untuk apa?”

**

“Myungsoo, kau serius?”tanya Sunggyu. Myungsoo hanya menyeringai.

“Ya, memangnya kenapa?”

“Membuatnya berdiri di depan panggung dengan gaun dihadapan semua orang? Kau pasti bercanda.”Sungyeol menambahkan.”Jieun benci keramaian. Kau tahu itu.”

“Justru itu. Oh ayolah teman-teman, aku cuma berniat senang-senang.”

“Awas saja kalau sesuatu terjadi pada Jieun.”

“Lah, kenapa jadi khawatir?”Myungsoo bertanya tak senang.”Tentu saja aku khawatir. Aku sudah menganggap Jieun teman sekarang, bukan orang asing lagi yang bisa kuabaikan begitu saja.”

“Oh, terserah kau sajalah.”Myungsoo memutar bola matanya kesal.

“Tapi, memangnya tak ada yang penasaran bagaimana Jieun memakai gaun?”Sungjong tiba-tiba bersuara.”Jieun pasti cantik sekali.”

“Dia akan kelihatan bodoh.”Myungsoo bersikukuh. Sunggyu berdecak pasrah dan Sungyeol berusaha mengabaikannya dengan larut dalam game di smartphone nya. Disaat seperti ini, Sungyeol berterimakasih pada siapapun yang menciptakan teknologi canggih hingga bisa menyelamatkannya dalam keadaan-keadaan seperti ini. Dongwoo dan Woohyun sibuk bermain ‘Itu-PunyaKu’ dengan menunjuk-nunjuk gadis cantik yang lewat, sementara Hoya larut dalam music kerasnya yang berdentum-dentum lewat headphone yang terpasang dikedua telinganya.

Nah, hal yang lupa disebutkan, bahwa acara sekolah besar-besaran ini juga memperbolehkan orang luar untuk masuk dan menonton. Sementara yang mengikuti kontes hanyalah murid-murid di sekolah ini. Itu menjelaskan kenapa seluruh INFINITE ada disini, dan kenapa fangirl Myungsoo pingsan dan terpecah-pecah menjadi fans anggota INFINITE lain.

Penonton lain kelihatan begitu bersemangat, kecuali untuk para INFINITE yang bosan setengah mati (jangan masukkan Sungjong yang selalu bersemangat kapan saja dan Woohyun Dongwoo yang masih melakukan game konyolnya dengan antusias). Beberapa peserta yang sudah tampil menyatakan cinta mereka dan berbagai pernyataan lainnya yang tak cukup untuk menghibur Myungsoo dan kawan-kawan, namun INFINITE langsung memperhatikan ketika MC menyebut nama ‘Lee Jieun’ yang tampil selanjutnya.

“Baiklah, Lee Jieun, juara bertahan setelah Pangeran Sekolah kita selama dua tahun berturut-turut! Pastinya banyak yang bertanya-tanya, mengapa orang sejenis Lee Jieun berada di kontes ini… pastinya ia punya pengakuan yang mendebarkan! Langsung saja, Lee Jieun, kemari dan utarakan pengakuanmu!”

Myungsoo bersiap-siap dibangkunya, ia sudah tak sabar ingin tertawa, atau lebih tepatnya menertawainya, dan member INFINITE lain kini fokus sepenuhnya pada panggung.

Seorang perempuan dengan potongan gaun pendek bewarna emas berjalan dengan kikuk ke tengah panggung, berhati-hati agar tak jatuh di atas high heels nya. Rambutnya digerai, panjang bergelombang, dan ia kelihatan tak nyaman dengan penampilan barunya. Dengan make up natural menghiasi wajahnya. Seumur hidup, ia tak pernah mengenakan gaun seperti ini, juga di make up seperti ini. Apalagi tampil di hadapan umum.

Ia bingung seketika, karena MC nya hanya mematung menatapnya, begitu pula para penonton.

Seharusnya Myungsoo tertawa melihat cara Jieun berjalan tertatih-tatih seperti robot tadi, dan melihatnya tak nyaman dengan gaunnya, tapi ia terlalu tercengang untuk melakukan itu. Atau, dalam kata yang lebih bagus – terpukau?

“Tak mungkin… itu.. itu Lee Jieun?!

**

A/N :

Oh, I know I’m too much. Sorry guys for not updating for such a long long loooong time. At first I decided not to continue this story but I have my writing’s sense back! So sorry guys, And here my apologies btw. Actually, its supposed to be chapter 9 & 10, but special for you, I made it into one chap so it has 20 page on word so I hope this is long enough for you! And I hope you will love this chap, I put a lot of effort writing this ; u ;

And btw, is still any people who waiting this story? I hope so : – )

Because I’ll try to updated each Friday but don’t hope too much because I might disappointed you (again).

Swaarrrry!

And btw you guys deserved my endless thanks! Really, all of you was the one who made me back writing this story and decide not to give up.

A/NN :

Idk really know about Sungkyungkwan, so its purely fictional! As for IU’s dress, its dress that IU wore on ‘When Would it Be’ live perform in Inkigayo : – )

A/NNN :

There’ll be more story exposed about INFINITE! And of course more MyungU interaction ;p Btw, new character! I love Chaewon so much esp her acting as Eungi and btw i really hope you’ll love her in this story too ; )

In case you didn’t know her, please go directly to google now! kekeke

18 responses

  1. Waa ya ampuuun akhirnyaaa!
    Aku nunggu terus lhoo, jadi jangan di stop ya kak 😀
    Ihiiyy, tuh tuh myungsoo nya udah mulai suka tuh, tapi jieun nya kok belum sih? Jieun mikirin sekolah melulu sih, harusnya santai aja dong.
    Aku tunggu terus ceritanya, so update soon yaa fighting!

    January 18, 2015 at 5:11 am

  2. omg ,cepat ya sambungan nye

    January 29, 2015 at 9:49 am

  3. deyo

    akhirnya, setelah nunggu lama ini ffnya di update juga >.<
    next chap ditunggu, keep writing ;D

    January 31, 2015 at 7:41 am

  4. LHR

    AKHIRNYA DILANJUTIN JUGA KYAAAAAAA!!!!
    Daebak!!!Makin Keren!!!
    Penasaran Jieunnya pengan ngomong apa untuk ngebales Myungsoo hehehe..
    Nextnya jgn lama² yah

    February 1, 2015 at 2:33 am

  5. LHR

    AKHIRNYA DILANJUTIN!!!
    Daebak!!Makin Keren..
    Penasaran apa yang bakal Jieun omongin untuk nge bales Myungsoo hehehe..
    Dan penasaran bagaimana Sikap Myungsoo sama Jieun kedepannya…
    Jebal,jgn lama-lama next nya yah..

    February 1, 2015 at 2:37 am

  6. LHR

    Akhirnya update juga,maaf baru tinggalin jejak…makin keren ceritanya…aku harap author gk berhenti tulis Ff ini,soalnya ini ff yg paling aku tunggu..

    February 14, 2015 at 6:16 pm

  7. woah aku nunggu kelnjutan nih ff lama.bget loh thor.tapi aku bersyukur udah ada klnjutan-a.aku puas bgt baca crta-a pnjang gini.jadi rasa kecewa karna udh lama gk d lnjutin serasa berkurang.hehe.kangen bgt sma cerita MyungU-a. .aku tunggu klnjutan-a thor lnjutin terus ea smpai END.aku tetap setia nunggu kok.

    February 15, 2015 at 1:54 pm

  8. Ditha

    aaaaa aku nunggu ff ini lama banget eonn ^^
    tenang aja bnyak yg nunggu kog..
    cuma mungkin ga sempt komen? XD
    Lanjuttttt… deg deg an bacanyaaaa..
    Fighting!
    ceptan ya eon

    February 16, 2015 at 4:59 am

  9. aku nunggu2 ff ini lama bngt author… ~~ jd semangat trs ya nulisnya….. g sabar pengen tau kelanjutannya!! ff nya bagus n keren, g ada alasan buat berenti nulisnya ^^ wkkwkkwwkwk

    February 18, 2015 at 11:58 am

  10. Nindyaa

    Wahh, dilanjutin lagi nih, gomawoyo authornim *bow* dua jempol deh buat part ini, keren ceritanya. Next chapter ditunggu banget ya authornim 😊👍 fighting!!! 💪

    February 18, 2015 at 8:21 pm

  11. Cie. Myungsoo bkal pangling tuh.

    February 21, 2015 at 7:43 pm

  12. yeyen agustira

    akhirnya dilanjutin juga mian bru coment
    ditunggu kljutannya ya 🙂

    February 28, 2015 at 1:56 pm

  13. Dari tadi sore cuman baca ff ini dari teaser sampai chap 9 ni, daebak chingu!!! Lanjut ke chap10 nee ^_^

    March 21, 2015 at 5:06 pm

  14. dilla

    OMG OMG OMG 😱 SERU THOR FF NYA 😍😍😍😍 DI TUNGGU KELANJUTANNYA JANGAN LAMA LAMAAAAAA. GA SABAR NIHH 😂✌

    April 12, 2015 at 9:56 am

  15. MY GOD!!! Akhirnya dilanjutin setelah sekian lama nunggunyaa~ any way gamau tau thor ini harus sampai tamat yaaaa :v
    I really love this story and the couple ❤
    Ayo lanjut next chapter lagi!! Fighting!

    September 4, 2015 at 12:08 am

  16. emily

    Ini ff kapan dilanjut sihh gilaaa udah lama bangett nungguinnn jangan php dongggggg nih ff bagus banget tauuuu aduhh ayo lanjut minnnn

    November 14, 2015 at 11:05 am

  17. Eonni aku suka bngt ff nya tpi kok gk di lanjutin sih udah 2016 lho eon!! Lanjutin please eonni udah terlanjur suka nih

    March 9, 2016 at 1:57 am

  18. meyy

    Woah thor ni ff seru suer,, suka bgt,, dilnjut ya thor,, mf bru bsa komen

    May 28, 2016 at 7:43 am

Leave a reply to deyo Cancel reply