KIM MYUNGSOO FANFICTION

[Chaptered] Remember Me – Part 13

Remember Me

REMEMBER ME

|Main cast: Kim Myungsoo (Infinite), Bae Sooji (Miss A)|Other cast: Jung Soojung (F(x)), Jang Wooyoung (2PM), Lee Jieun (IU), Lee Sungyeol (Infinite)|Genre: Drama, Angst/Sad, Romance, Fluff, Friendship, a little bit Comedy|Length: chaptered|Rating: General|

©Park Minrin

.

Ketika seseorang melupakan, sementara yang lain mengingat.

.

“Sooji, aku janji tidak akan meninggalkanmu. Ingat itu, oke?”

PART 13 : Guilt and Truth

Kenyataannya, malam itu setelah ia bicara dengan Sooji, Myungsoo tak langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia memaksakan diri untuk memastikan gadis itu masuk ke dalam rumahnya dengan selamat dan tak mementingkan dirinya sendiri yang sebenarnya sudah gemetar kedinginan. Setelah melihat pintu utama rumah Sooji tertutup tepat di belakang punggung gadis itu yang sosoknya telah hilang, masuk ke dalam rumahnya, Myungsoo barulah berbalik dan kembali memasuki kamarnya. Ia menutup pintu balkon dan menarik tirai untuk menutupi pintu balkon yang terbuat dari kaca tersebut. Pria itu kemudian mendesah lalu berjalan menuju meja tempat ia menyimpan foto-foto yang ia cetak sendiri lalu terdiam.

Di sana, terdapat banyak sekali foto-foto hasil karyanya sejak dulu yang tertempel di atas meja, di atas sebuah papan yang dibelinya khusus untuk menempelkan hasil foto-fotonya, dan juga yang sengaja diberi bingkai untuk dipajang di atas meja. Pandangan Myungsoo langsung mendarat pada sebuah foto yang tertempel di atas papan. Di papan tersebut, kebanyakan adalah foto tentang alam dan pemandangan, namun ada beberapa foto yang menampakkan sebuah figur manusia sebagai tokoh utamanya. Dan foto itulah yang Myungsoo pandang lekat-lekat.

Pria itu menelusuri jarinya pada lembaran foto yang tertempel tersebut lalu tersenyum samar. Itu adalah foto-foto yang ia ambil secara diam-diam yang bertokohkan Sooji. Ada foto Sooji sedang bersama anak-anak di sekolah yang mereka kunjungi di Incheon, Sooji yang sedang bersama seorang anak kecil yang tersesat sembari memegang dua buah permen kapas, foto gadis itu yang kemudian melambaikan tangannya pada anak kecil tersebut, dan foto gadis itu dengan wajah menghadap ke kamera dan terlihat terkejut. Myungsoo sempat berhenti untuk tertawa mengingat kenangan itu. Rasanya baru saja kemarin ia mengalami semua itu, dan ia masih bisa merasakan betapa malunya ia saat itu.

Dan saat ini, Myungsoo baru sadar bahwa saat itu adalah kali pertamanya ia berkencan dengan Sooji. Yah, mungkin hal itu bisa disebut sebagai kencan sekarang.

Tangan dan pandangan Myungsoo pun kembali bergerak menelusuri foto lainnya. Kali ini, ia tertegun menatap sebuah foto yang masih diambilnya saat ia berada di Incheon. Foto yang menampilkan sebuah tulisan di belakang foto Sooji kecil yang ditemukannya di kotak yang ia kubur di taman sekolah sederhana di Incheon kala itu.

‘Aku ingin selalu bersama Sooji. Aku tidak ingin membuatnya menangis. Aku akan membuatnya bahagia. –K.M.S’

Membaca tulisan yang tertera di sana kembali membuat hatinya mencelos. Setelah dipikir-pikir, ia merasa dirinya sangat jahat. Myungsoo merasa jahat karena sepertinya ia telah mengingkari banyak janji pada Sooji namun gadis itu masih berlaku sangat baik padanya. Meskipun mulanya menyebalkan, namun gadis itu sebenarnya selalu berlaku baik padanya. Ia tak pernah terlalu banyak mengeluh, dan ia banyak membantunya baik sebagai partner kerja atau sebagai teman lama. Dan Myungsoo kembali mengingat percakapannya dengan Sooji tadi, tentang gadis itu yang meminta pendapatnya tentang kepergiannya ke Paris. Jika dipikirkan sekali lagi, untuk apa gadis itu menanyakan pendapatnya jika gadis itu tidak menganggapnya sebagai orang yang spesial?

Mata Myungsoo kembali berpindah dan ia kembali terdiam. Foto terakhir yang ia lihat di sana adalah foto terakhir tentang Sooji yang ia miliki. Namun dalam foto itu, terdapat pula dirinya dengan Sooji yang tertidur di bahunya.

Myungsoo mengeluarkan napas berat. Pandangannya kemudian beralih setelah mengelus foto tersebut beberapa detik. Maniknya kemudian bertumpu pada salah satu bingkai foto yang berdiri di atas mejanya. Satu-satunya foto yang tak lebih besar dari foto-foto berbingkai lainnya yang kebanyakan adalah foto keluarganya dan pemandangan yang menurutnya sangat luar biasa.

Foto dirinya dan Soojung di Amerika dulu.

Pria itu menatap foto itu beberapa lama sebelum akhirnya mendesah. Ia telah memutuskan. Pria itu kemudian mengambil fotonya bersama Soojung itu lalu memasukkannya ke dalam laci mejanya dan menutupnya.

Ia telah memutuskan untuk tidak meninggalkan Sooji.

-o0o-

Myungsoo telah berusaha berbuat sebaik mungkin pada Soojung tatkala gadis itu memaksa untuk ikut dengannya ke lokasi pemotretan. Ia juga telah menolaknya dengan tegas beberapa kali, namun gadis itu terlalu keras kepala sehingga ia hanya bisa pasrah. Alhasil, ia terpaksa terjebak dengan Soojung lagi dalam pekerjaannya dan kali ini, tanpa Sooji di sisinya.

Pria itu awalnya merasa takut. Ia takut ia akan kembali jatuh pada pesona Soojung. Apalagi di sini tak ada Sooji. Namun berulangkali Myungsoo menata pikirannya hingga ia berhasil bertahan selama beberapa hari hingga akhirnya Sooji kembali datang. Dan bisa kalian bayangkan betapa leganya ia begitu melihat wajah Sooji.

Sejak Sooji kembali, Myungsoo telah memantapkan dalam hatinya bahwa ia akan bicara pada Soojung dan membuat gadis itu mengerti. Ia memang telah mengatakan bahwa ia akan menunggu, namun menunggu selama dua tahun bukanlah hal yang mudah. Dan kini, ketika ia bertemu dengan gadis yang lebih baik, kenapa pula ia harus melepaskannya?

Tetapi Myungsoo tak tahu akan terjadi kecelakaan semacam itu. Kecelakaan itu membuatnya sangat khawatir hingga ia adalah satu-satunya orang yang berlari dengan cepat ke lokasi, dengan hati-hati menggapai tubuh Soojung yang untungnya tersangkut batang pohon dan tak jatuh ke dasar lalu menggendongnya hingga ke pos kesehatan. Dan Myungsoo tetap menjaga sikap baiknya dengan menunggui Soojung hingga ia membuka mata.

Saat itu ia benar-benar khawatir, sehingga ia tak keberatan menungguinya dan mengakhiri pemotretan. Namun lelaki itu juga mengerti bahwa ia harus bicara dengan Soojung. Karena itulah, setelah Soojung terbangun, Myungsoo mencoba berbicara dengannya.

Awalnya Myungsoo kira Soojung akan mengerti. Meskipun keras kepala, namun biasanya gadis itu akan mengerti jika ia menjelaskan hal yang ingin diberikan pengertian. Tapi apa yang terjadi ternyata tak seperti yang ia bayangkan.

Soojung tidak mengerti. Dan gadis itu tetap memaksakan perasaannya terhadap Myungsoo.

Lalu tiba-tiba Sungyeol datang dan memberitahunya bahwa Sooji kolaps. Dan Myungsoo bahkan merasa lebih khawatir dari apa yang ia rasakan pada Soojung beberapa saat lalu. Pria itu merasa jantungnya sempat berhenti berdetak selama beberapa detik dan ia kesulitan bernapas. Apa yang terjadi pada Sooji? Di mana dia? Aku harus ke sana! Adalah satu-satunya yang muncul di benaknya ketika ia mendengar berita itu.

Saat itulah ia sadar bahwa dirinya telah benar-benar berubah.

Tetapi ketika ia hendak pergi, Soojung mencegahnya, dan mengatakan hal yang seharusnya tak dia katakan karena ia tidak akan pernah bisa membalas perasaan gadis itu, lalu kemudian gadis itu menciumnya. Dan Myungsoo merasakan perasaan aneh yang membuatnya tidak nyaman.

-o0o-

Tak sampai satu detik bibir Soojung mendarat pada bibirnya, Myungsoo langsung mendorong tubuh gadis itu menjauh, yang secara otomatis melepaskan pegangan gadis itu padanya. Pria itu mengerutkan kening sembari menatap Soojung, merasa tak mengerti mengapa gadis itu melakukan hal seperti ini padanya. Pandangan matanya pun sarat akan kekecewaan. Dan tanpa bicara lagi, Myungsoo pergi meninggalkan Soojung.

Begitu sampai di luar ruangan Soojung, Myungsoo tak langsung pergi. Pria itu terdiam selama beberapa saat di depan pintu kamar. Termenung. Entah mengapa, meskipun ini adalah Soojung yang melakukannya, namun ia merasa tidak menyukainya. Sangat tidak menyukainya.

“Oh, Myungsoo!”

Myungsoo terlonjak kaget mendengar namanya dipanggil. Pria itu menoleh ke sumber suara yang berasal dari sebelah kanannya, tepat di depan sebuah pintu ruangan di sebelah ruangan Soojung. Pria itu kemudian tersenyum begitu melihat Sungyeol berdiri di sana.

“Sungyeol-ah, bagaimana Sooji?” tanya Myungsoo seraya berjalan menghampiri Sungyeol.

Sungyeol tersenyum namun Myungsoo tampaknya tidak melihat getaran dalam manik hitam Sungyeol, yang menandakan bahwa pria itu tengah berbohong. “Dia baik-baik saja, dia sudah sadar.” Ujarnya.

“Begitu? Apa yang terjadi padanya?”

Sungyeol bergumam seraya menggaruk belakang kepalanya, berusaha mencari kata-kata yang tepat. “Uh… tadi, tiba-tiba saja Sooji pingsan saat ia tengah berada dekat wardrobe untuk membereskan kostum-kostum yang tidak terpakai lagi karena pemotretannya dihentikan. Rupanya pagi tadi ia lupa memakan sarapannya karena terlalu bersemangat bekerja. Ia… akan baik-baik saja.” Tangan Sungyeol beranjak memegang bahu Myungsoo dan menepuknya beberapa kali.

Myungsoo pun tersenyum dan mendesah lega mendengar penjelasan Sungyeol. “Terima kasih… telah menjaganya.”

“Tak masalah. Sekarang giliranmu.” Sungyeol berjalan menyisi dari depan pintu, memberikan ruang bagi Myungsoo untuk melangkah masuk ke dalam. “Myung, jagalah ia dengan baik, oke?”

Myungsoo yang baru saja meletakkan tangannya di gagang pintu menghentikan gerakannya dan menatap Sungyeol sesaat sebelum tersenyum dan mengangguk. Ia pun memutar gagang pintu tersebut lalu masuk dan menutup pintu di belakang punggungnya.

Sementara itu, Sungyeol mendesah berat. Ia mengusap wajahnya dan mengacak rambutnya lalu menatap pintu yang telah tertutup di sampingnya.

“Sooji… kau benar-benar gadis yang bodoh.” Gumamnya.

-o0o-

Sooji sendiri tidak mengerti mengapa tiba-tiba kesadarannya hilang begitu saja ketika ia tengah membereskan kostum-kostum untuk dimasukkan kembali ke kumpulan kostum-kostum lainnya di wardrobe. Hal terakhir yang ia ingat adalah rutinitas paginya yang seolah kembali berputar dalam benaknya. Ah ya, ia melupakan sarapannya dan obat-obatan yang wajib ia makan selepas sarapan karena terlalu bersemangat untuk kembali bekerja.

Ketika ia tersadar dan menoleh ke samping, terlihat Sungyeol berada di sampingnya. Raut wajah pria tinggi itu nampak sangat khawatir, terlihat dari alisnya yang mengerut dalam sembari menatapnya—meskipun ia juga melihat raut kelegaan dalam wajahnya. Sooji sempat ingin mengatakan sesuatu pada Sungyeol ketika tiba-tiba matanya terbelalak dan seketika gadis itu gelagapan dengan tangannya menggapai-gapai sekitar.

Ia tidak bisa bicara. Dan ia tak bisa bernapas.

Sungyeol yang melihat Sooji panik dengan kondisinya yang mengais-ngais udara, turut panik pula. Pria itu bangkit dari duduknya dan mendekati Sooji, membantu gadis itu untuk duduk dan bersandar pada bantalnya dan mencoba menenangkannya. Namun, hal itu sama sekali tidak membantu Sooji. Gadis itu masih gelagapan seolah mencari sesuatu, namun ia tak bisa mengatakan apa yang ia perlukan karena ia tak bisa bernapas. Gadis itu pun mencengkeram erat lengan Sungyeol, membuat pria itu merasakan sakit pada pergelangan tangannya.

“Sooji, Sooji, ada apa?! Kau butuh sesuatu? Akan kupanggilkan dokter…”

Sooji segera menggeleng keras begitu mendengar kata ‘dokter’. Gadis itu memejamkan matanya frustasi sebelum mengumpulkan seluruh tenaganya dan mengatakan satu kata sebelum dadanya terasa semakin sakit.

“Tas…”

Untunglah Sungyeol cepat mengerti. Pria itu segera mengambil tas Sooji yang turut dibawanya ketika gadis itu pingsan dan dibawa ke pos kesehatan, dan memberikannya pada Sooji tanpa melepaskan pegangan Sooji padanya. Setelah tas itu berada di pangkuannya, gadis itu segera melepaskan pegangan eratnya pada tangan Sungyeol dan mengaduk-aduk isi tasnya. Tak lama, gadis itu mengeluarkan sebuah inhaler dan segera meletakkan alat bantu pernapasan tersebut pada mulutnya. Beberapa detik kemudian, Sooji mulai mendesah lega. Namun ternyata tak sampai di situ. Gadis itu kembali mengaduk isi tasnya lalu mengeluarkan beberapa tabung obat-obatan. Setelah meminta air putih pada Sungyeol, gadis itu pun menegak beberapa pil dari masing-masing tabung yang jumlahnya sekitar 4 butir tersebut.

Sementara Sooji sibuk dengan obat-obatannya, Sungyeol memperhatikan setiap gerak-gerik gadis itu. Ketika gadis itu selesai meminum obat-obatnya dan hendak meletakkan kembali tabung-tabung tersebut ke dalam tas, Sungyeol terlebih dulu mengambil salah satu di antaranya. Ia membaca nama obat yang tertera pada tabung pil tersebut dan keningnya berkerut.

“Sooji…”

Sooji dengan cepat mengambil tabung obatnya dari tangan Sungyeol lalu memasukkannya ke dalam tas. Gadis itu kemudian mengalihkan pandangannya pada selimut yang menutupi kakinya. Tak kuasa menatap Sungyeol.

“Penyakit itu bukan semacam alergi semata, bukan?” tanya Sungyeol. Pikiran pria itu melayang pada beberapa tahun yang lalu, saat mereka masih sekolah dan terkadang Sooji sering sakit dan Myungsoo selalu menjawab pertanyaannya dengan ‘alergi dingin’. Sungyeol memang tidak pernah melihat bagaimana penyakit itu menyerang Sooji secara langsung, namun tampaknya penyakit gadis itu kali ini masih sama seperti bertahun-tahun lalu. Dan itu jelas-jelas bukan semacam alergi semata.

Sooji tak menjawab. Gadis itu tetap menundukkan kepalanya dalam-dalam.

“Sooji, aku tahu penyakit macam apa itu. Itu bukan penyakit itu, bukan?” tanya Sungyeol lagi.

Sooji masih terdiam, namun kali ini ia menggigit bibirnya. Tentu saja ia tahu mengapa Sungyeol bisa tahu tentang penyakitnya hanya dengan melihat obat-obatan miliknya. Kakaknya adalah seorang dokter, dan lagipula pria itu pernah belajar farmasi selama dua tahun sebelum beralih ke kelas akting. Ia juga pernah bercerita tentang masalah pamannya yang memiliki penyakit yang sama dengannya dan berakhir meninggal dunia beberapa tahun lalu.

“Tapi kenapa? Kau kan tidak…” Sungyeol mengerutkan keningnya, berpikir keras sebelum akhirnya kerutan di keningnya menghilang. “Tidak mungkin…”

Sooji akhirnya mengangkat wajahnya. Gadis itu menoleh menatap Sungyeol, dan seolah tahu apa yang lelaki itu pikirkan, gadis itu mengangguk.

“Sooji, kalau seperti itu, kau harus segera ditangani! Kau harus dioperasi! Ini berbahaya! Apa orang-orang sudah tahu? Kau harus—“

“Jangan.”

Sungyeol terdiam begitu mendengar Sooji yang sedari tadi diam akhirnya mengeluarkan suara.

“Jangan biarkan orang-orang tahu, oppa. Aku akan mengatasinya.” Ujar Sooji lagi.

Sungyeol menatap Sooji prihatin. “Jadi mereka belum tahu…” gumamnya.

“Aku telah memberitahu beberapa orang yang patut mengetahuinya. Untukmu, itu karena terpaksa. Tapi aku tidak ingin Myungsoo mengetahuinya.”

“Wah…” Sungyeol memutar bola matanya. “Bae Sooji, kau benar-benar…”

“Kumohon, oppa… jangan beritahu Myungsoo. Aku akan mengatasi penyakit ini sebentar lagi, jadi sampai saat itu, tolong jangan memberitahunya tentang apapun.” Pinta Sooji dengan wajah memelas yang membuat siapapun yang melihatnya tak akan tega.

Akhirnya, dengan desahan keras, Sungyeol berdecak kemudian mengangguk dan berdiri. “Baiklah, aku akan merahasiakan ini, tapi jika kau tak juga mengambil operasimu, aku sendiri yang akan menyeretmu ke meja operasi kakakku, Bae Sooji!”

Sooji tersenyum simpul. “Terima kasih, Sungyeol oppa.”

-o0o-

Kini mata Sooji bertemu dengan mata Myungsoo yang baru saja masuk ke dalam ruangan tempat ia berbaring dan kemudian langsung duduk di kursi yang tadi ditempati Sungyeol. Tanpa bicara maupun bertanya, pria itu menatapnya. Namun Sooji tahu pria itu bertanya—dari tatapannya; apa kau baik-baik saja? Apa yang terjadi padamu? Bagaimana keadaanmu sekarang?

“Aku sudah baik-baik saja. Kau tidak usah khawatir.” Ujar Sooji seolah menjawab pertanyaan Myungsoo yang tak ia katakan.

Kening pria itu mengerut. Tampak tak puas dengan jawaban sang gadis. “Kau tahu, saat aku bertemu denganmu lagi seperti pertama kalinya—karena aku… yah… kehilangan ingatanku—ada kalanya kau membuatku hampir saja merasa ingin mati. Dan itu sudah terjadi selama dua kali. Kau tahu kapan saja itu?”

Sooji menggeleng. Myungsoo tersenyum.

“Yang pertama adalah saat di pesta pertunangan kita dulu, saat kau hampir terjatuh dari batu karang.” Ujar lelaki itu sembari meraih sebelah lengan Sooji dan menangkupnya dengan kedua tangan. “Dan yang kedua adalah ini.”

Sooji terdiam—tepatnya membeku. Seketika saja, bulu kuduknya berdiri setelah ia menyadari sesuatu. Tatapan pria itu, caranya berbicara, caranya menggenggamnya, semuanya kembali. Ia kembali menjadi Myungsoo yang gadis itu kenal beberapa belas tahun yang lalu. Menjadi Myungsoo yang hangat dan penuh perhatian terhadapnya. Tapi kenapa? Apakah ingatan Myungsoo telah kembali?

“Kumohon, jangan pernah lakukan hal ini lagi padaku.”

Sooji menelan ludah. Ia tertegun. Sedetik, dua detik, tiga detik, seiring detak jarum jam yang mengalun lembut mengisi keheningan mereka, seiring dengan itu pula jantung gadis itu berpicu lebih cepat secara berurutan. Ketika gadis itu merasa jantungnya akan pecah saking kerasnya ia berdetak, dan ketika ia merasa wajahnya semerah udang rebus, ia menarik paksa tangannya dari genggaman Myungsoo.

“Aku hanya terlambat sarapan, Myung, tidak usah khawatir.” Ujarnya diiringi seulas senyum.

Tapi melihat wajah Myungsoo yang tak kunjung menarik kerutan di dahinya dan rasa khawatir di matanya, gadis itu kemudian tertawa. “Ayolah, aku hanya pingsan sebentar! Bukan masalah besar!”

Namun Myungsoo tetap bergeming. Bukan. Bukan itu yang ia maksudkan. Rasa bersalah yang tiba-tiba datang itulah yang membuatnya tak dapat mengalihkan pandangannya dari Sooji. Pria itu baru sadar bahwa gadis ini ternyata lebih lemah dari yang ia duga, dan hal itu kembali menamparnya, mengingatkannya bahwa ia baru saja melakukan hal yang buruk yang jika saja Sooji tahu, mungkin akan membuatnya sakit dan sangat terpukul.

Dan ia ingin melakukan apapun untuk mencegahnya terjadi.

“Sooji, aku janji tidak akan meninggalkanmu. Ingat itu, oke?” ujar Myungsoo tiba-tiba.

Sooji mengangkat alisnya tak mengerti, namun beberapa detik kemudian gadis itu tertawa lalu mengangguk. “Tentu saja kau tidak akan meninggalkanku, kita telah membuat pemesanan dengan keluarga, ingat?” ujarnya seraya mengangkat tangan kirinya, di mana sebuah cincin perak tersemat di jari manisnya.

Myungsoo tersenyum. Dirinya ikut mengangguk. Meskipun dalam hatinya, ia masih tak dapat menghilangkan rasa bersalah di dadanya.

-o0o-

Setelah menenangkan diri dari emosinya yang tiba-tiba berkat ulah Sooji, Sungyeol menatap pintu di hadapannya untuk kemudian membukanya. Pintu itu adalah pintu kamar rawat Soojung. Pria itu hanya ingin melihat keadaan gadis itu sebelum kembali pada managernya yang telah menunggunya untuk membawanya ke jadwal berikutnya begitu kru dibubarkan secara tidak resmi oleh Myungsoo.

Namun hal yang dilihat Sungyeol ternyata berada di luar dugaannya.

Ia melihat Soojung duduk di pinggir tempat tidur dengan bibir mengerut, alit bertaut, mata memerah, dan kepala yang tertunduk. Rambutnya bahkan masih terlihat tak tertata rapi. Tangannya menggenggam satu sama lain dan jempolnya bergerak gelisah. Melihat itu, Sungyeol tak bisa hanya diam. Ia pun berjalan mendekati Soojung dan duduk di sampingnya. Bahkan dengan pergerakannya itu, Soojung masih tak menoleh seolah tak menyadari keberadaannya di sana.

“Kau baik-baik saja?” tanya Sungyeol selembut mungkin.

“Tidak.”

Soojung menoleh, menatap Sungyeol dengan mata merahnya. Ada genangan air di pelupuk matanya dan sudah siap tumpah. Pria itu tak pernah melihat gadis ini serapuh ini sebelumnya. Di matanya, Soojung adalah gadis penuh percaya diri dan dingin meskipun sedikit kekanakan.

Oppa, apa yang kulakukan itu salah?”

Sungyeol terdiam. Kondisi ini setidaknya hampir tepat seperti yang telah ia duga. Ia dapat membaca keadaan. Dari bagaimana kondisi Myungsoo ketika ia keluar dari kamar Soojung—yang tidak begitu baik.

Sungyeol bukanlah orang bodoh. Orang-orang boleh saja menduganya sebagai orang yang polos, banyak bicara, humoris, ceria, tapi tidak bodoh. Instingnya telah ia pertajam sekian rupa sehingga ia bahkan dapat membaca suasana.

Dan ia cukup dapat menduga hal seperti ini akan terjadi pada Soojung dan Myungsoo. Hanya saja ia tak menyangka bahwa Soojung akan menangis.

“Ia mencampakkanmu, bukan?” ujar Sungyeol.

Soojung tertawa miris. Setetes air mata jatuh ke pipi kirinya. “Cinta satu pihak itu… menyakitkan, bukan?”

Sungyeol mendesah. Hatinya teriris mendengar pertanyaan Soojung. Ya, ia mengerti. Ia sangat mengerti tentang hal itu. Pria itu pun merubah posisi duduknya dan menghadap Soojung. Ia memiringkan tubuh gadis itu sedikit agar mereka dapat saling berhadapan, kemudian mengangkat tangan kanannya. Dengan perlahan, pria itu menghapus air mata yang jatuh di pipi gadis itu dengan ibu jarinya.

“Ya, tentu saja.” Ujar Sungyeol. Ia kemudian meletakkan kedua telapak tangan besarnya di pipi Soojung seraya menarik bibir gadis itu dengan dua ibu jarinya untuk membentuk sebuah senyuman. “Tapi jika kau tersenyum dan melihat dunia dengan lebih jelas lagi, kau akan menemukan pria yang tepat untukmu. Jadi tersenyumlah, oke?”

Sungyeol mengakhiri perkataannya dengan senyuman lebar di wajahnya sementara tak ada respon dari Soojung yang hanya mampu menatap pria itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

-o0o-

Seminggu sudah berlalu sejak pemotretan mereka untuk musim dingin berakhir. Kontrak perusahaan dengan Sungyeol pun otomatis berakhir. Cuaca semakin dingin setiap harinya, dan hari natal serta tahun baru semakin dekat. Myungsoo tak lagi dapat bertemu dengan Sungyeol dikarenakan jadwalnya yang padat mendekati tahun baru. Ia hanya dapat menghubungi pria itu melalui akun media sosialnya. Sementara itu, ia juga tak lagi mendapat kabar dari Soojung. Bahkan sejak hari terakhir mereka syuting, ketika Myungsoo keluar dari kamar Sooji, Soojung sudah tak berada lagi di lokasi. Para kru yang melihatnya mengatakan bahwa ia pulang bersama Sungyeol. Mendengar itu, setidaknya membuat Myungsoo tak perlu merasa khawatir.

Sementara itu, hubungannya dengan Sooji tetap baik seperti biasanya. Myungsoo yang kini lebih sering tinggal di rumah untuk mengedit beberapa foto dan mencetaknya, terkadang menghabiskan waktu dengan Sooji yang tengah mendesain. Ia berusaha menebus rasa bersalahnya dengan lebih sering menghabiskan waktu dengan Sooji. Mereka bertemu di mana saja. Di taman depan rumah Sooji yang kini dipenuhi salju, di rumahnya atau rumah Sooji, atau di mana saja yang dapat membuat mereka nyaman. Belakangan, mereka sering sekali bertemu di sebuah kafe yang letaknya di sekitar Apgujeong. Kafe dengan nuansa Eropa dan Amerika yang kental diiringi dengan musik jazz yang mengalun hampir setiap hari. Dan kini, kafe itu mereka labeli sebagai favorit mereka.

Sering menghabiskan waktu dengan Sooji ternyata membuat Myungsoo lebih mengenal gadis itu. Ia pikir setelah dua bulan mereka bersama, ia telah mengetahui segala hal tentang gadis itu. Namun nyatanya belum. Dan untungnya Sooji dengan murah hati memberitahunya beberapa hal yang seharusnya dulu ia ketahui. Melihat betapa jujurnya Sooji padanya seperti ini, membuat Myungsoo mau tak mau kembali tenggelam dalam pesona gadis itu. Dan kali ini, ia tak dapat berenang keluar dari sana.

-o0o-

Hari berganti hari, dan minggu berganti minggu hingga akhirnya mereka mendekati hari natal yang ditunggu banyak orang. Majalah hasil jepretan Myungsoo dan dengan desain Sooji, berhasil terbit dan sukses menjadi hit besar di kalangan majalah fashion di Korea Selatan. Majalah itu seperti sebuah batu lonjakan bagi Myungsoo maupun Sooji. Mereka mendapat banyak pujian. Myungsoo dengan hasil gambarnya, dan Sooji dengan desain bajunya.

Sehari sebelum malam natal, keluarga Kim dan keluarga Bae tengah berkemas. Mereka rencananya akan berlibur bersama selama natal hingga tahun baru nanti. Dengan adanya ikatan yang telah terjalin antara dua keluarga berkat pertunangan Myungsoo dan Sooji, anggota keluarga mereka juga tampaknya ingin mengenal satu sama lain lebih dalam lagi.

Semuanya nampak akan menjadi permulaan yang baik bagi dua keluarga itu. namun satu hal yang tidak Myungsoo mengerti adalah pertengkaran Moonsoo dengan kedua orangtuanya beberapa hari yang lalu. Di saat semuanya terasa sangat benar baginya, lantas mengapa hal itu tidak pada keluarganya?

Ia tak tahu apa yang mereka debatkan, pun mengerti sedikitpun apa yang tengah mereka bicarakan hingga Moonsoo dengan lancangnya berani menaikkan volume suaranya pada sang kepala keluarga. Satu hal yang didengarnya hanyalah Moonsoo yang berkata,

“Jangan lakukan itu pada mereka!”

Dan Myungsoo tak tahu siapa ‘mereka’ yang adiknya maksud.

Sore itu, di tengah kegiatannya mengemas barang-barang yang diperlukan ke kopernya—mereka akan ke Jeju nanti malam, Myungsoo ternyata membutuhkan sebuah ransel. Ia ingat membawa sebuah ransel dari Amerika, namun ia lupa diletakkan di mana. Karena itu ia bertanya pada ibunya yang mengatakan bahwa ranselnya mungkin masih berada di gudang dan belum di keluarkan. Karena itulah di sana Myungsoo berada.

Gudang di rumah lamanya tak begitu besar, tak seperti rumahnya di Amerika yang memiliki sebuah gudang besar di bawah tanah yang tampak seperti tempat harta karun. Banyak kardus yang ditumpuk, dan kurangnya penerangan di bawah sini mempersulit penglihatannya. Gudang ini hanya dilengkapi dengan sebuah lampu temaram yang berwarna kekuningan—yang nampaknya tak pernah diganti—serta ditambah cahaya dari matahari yang masuk melalui celah kecil di salah satu tembok.

Mengabaikan suasana yang tidak mendukung, Myungsoo melanjutkan pencariannya. Ia menelusuri satu demi satu kardus-kardus yang bertumpuk di sana, menurunkannya dari tumpukan, membukanya, mencari, kemudian meletakkannya ke tempat semula ketika ia tak mendapat apa yang ia cari. Lalu ia sampai di kardus kesekian—ia tak lagi menghitungnya—dan dengan susah payah juga dengan peluh di pelipisnya, ia menurunkan kardus tersebut dari tempatnya dan meletakkannya di atas lantai. Setelah mengambil napas sebentar, ia kemudian membuka kardus tersebut. Dan keningnya sukses berkerut dalam melihat apa yang berada di dalam kardus itu.

Benda-benda yang berada di dalam kardus itu tampak familiar, meskipun Myungsoo yakin ia baru pertama kali melihatnya. Tapi entah mengapa, ia tahu bahwa benda-benda ini miliknya. Terutama sebuah album foto yang cukup tebal dan tampak usang di sana. Penasaran, Myungsoo mengambil album tersebut dan menyimpannya di pangkuannya. Ia kemudian membuka album tersebut, dan sebuah foto menghiasi halaman pertama.

Foto seorang anak laki-laki dengan mata sipit dan bibir tipis dengan rambut dipotong rapi yang sedikit aneh—menurutnya. Itu adalah dirinya. Ia ingat karena saat ia di rumah sakit dulu, ibunya pernah memperlihatkannya foto-foto yang konon adalah foto masa kecilnya dan fotonya persis seperti foto yang kini ia lihat. Ia membuka lembar kedua dan foto seorang gadis kecil dengan senyum lebar dan rambut dikuncir dua menyambutnya.

Myungsoo mengerutkan kening.

Foto ini nampak familiar. Sepertinya gadis ini adalah gadis yang ia kenal pula.

Tapi siapa? Siapa gadis dalam masa lalunya ini?

Pria itu penasaran, namun ia tak mau berada lama-lama di dalam gudang. Karena itu ia memilih membawa keluar kardus itu dan memindahkannya ke kamarnya untuk kemudian ia periksa. Setelah menyusuri album foto tersebut lebih lama, ia pun mengerti.

Gadis kecil itu adalah Sooji.

Dan pada saat itulah kepalanya mulai terasa sakit. Mulanya hanya seperti rasa pusing yang biasa ia alami karena kekurangan jam tidur atau ketika ia terlalu banyak bekerja, namun semakin lama, rasa sakit itu semakin tak terelakkan. Saking sakitnya, ia bahkan tak dapat berteriak untuk meminta pertolongan. Hal yang dilakukannya hanyalah memegang kepalanya sembari meremas ujung tempat tidurnya—ia berada di atas lantai di samping tempat tidurnya saat itu—dan berharap rasa sakit itu akan segera berakhir.

Selagi rasa sakit itu menyerangnya, sebuah potongan-potongan gambar yang aneh pun mulai bermunculan di dalam otaknya, dan ia dapat melihat potongan-potongan gambar itu dengan matanya sendiri. Namun gambar itu tak membantunya. Hal itu membuatnya bertambah pusing sehingga ia harus memejamkan matanya.

Beberapa jam kemudian, bel di rumahnya berbunyi.

Myungsoo tak tahu siapa yang datang, namun satu hal yang ia ketahui beberapa jam berikutnya adalah seseorang mengirimkan sebuah undangan kepadanya. Undangan untuk menghadiri sebuah pesta natal. Dan melihat siapa pengirimnya, rasanya ia harus menghadiri undangan tersebut.

 

TO BE CONTINUED

Halo~

Maaf lamaaa… maklum 😦

Ya sudah, sebagai bayaran, kali ini, double post! Aku akan memposting double chapter! atau double post–atau apapun kalian nyebutnya apa–demi menebus keterlambatanku :’)

Jadi, aku komen panjangnya di chapter selanjutnya aja ya~ lanjut~

Kalau ada yang kurang jelas, tanyain aja ya… soalnya aku nulis ini agak terburu-buru, dan alurnya juga sedikit dipercepat wkwkwk~

Enjoy~~~

36 responses

  1. Novita Lzy Sueweeties EXOL

    sukaaa… sukaaaa…
    authornim jjang

    September 14, 2014 at 1:21 pm

  2. angeliaineke

    Wow keren
    Aku bingung sama penyakitnya suzy
    Jd penasaran
    Wah ingatannya myungsoo udh mau balik kah??
    Kereen
    Thx sis

    September 14, 2014 at 1:26 pm

  3. Baiq Yulia Astriani

    emmmm, mungkin karena sudah lama ya, jd pas bacanya ga fokus, ato memang alurnya kecepetan.. awalnya ngulang dikit cerita sebelumnya kan???

    September 14, 2014 at 1:39 pm

  4. Jujur aku gak baca part 12-nya kemaren cz setelah aku baca comment2 temen2 di sana katanya nyesek banget. Myungsoo dan si soojung ciuman??? Hueeekkkk… gak banget deh. Bener2 gak rela myungsoo nyium tuh yeoja. Myungsoo benar2 nappeun. Dasar lembek, plin plan. Mending suzy gak usah sama dia gih. Namja gak bertanggung jawab. Gak rela kalau ntar suzy meninggal karena penyakitnya. Biarin aja tuh si myungsoo dan si soojung yg mati. Lol

    September 14, 2014 at 1:47 pm

    • rianaevi

      yang nyium soo jung bukan myungsoo.. kk~~

      September 14, 2014 at 1:52 pm

      • Tapi tetep aja mereka ciuman walau si soojung yg nyosor duluan. Harusnya myungsoo tegas tuh sama si soojung. Weleehhh lembek amat si myung. No No No!!! Bibir myungsoo gak perawan lagi. Hihiiiiiiiii

        September 14, 2014 at 1:56 pm

      • rianaevi

        wkwkw.. protes gih ke author nya. 😛

        September 14, 2014 at 1:59 pm

      • Nggak aah,,, mau protes langsung ke myungnya aja. Waakkkzzzz

        September 14, 2014 at 2:13 pm

  5. Ninda13

    bingung mau komen apa :3

    September 14, 2014 at 2:05 pm

  6. irma

    Rumit bgt sii kasian mereka…hiks

    September 14, 2014 at 2:09 pm

  7. Rumit bgt,,
    Semoga happy ending deh

    September 14, 2014 at 2:48 pm

  8. Dezee

    Hmmm sunyol udah tau pnyakit suzy. Mlah dsuruh rahasia’in dr myung.
    Myung mo ingatkah shingga pusing n da potongan gambaran msa lalu. Siapa yg ngundang myung d hri natal?

    September 14, 2014 at 3:14 pm

  9. fitria

    Iya.. hihi
    ngerasa juga, kok tiba2 myungsoo tanda2 mau ingat masalalunya.
    Tapi bagus, daripada suzy tersiksa terus krna myungsoo.
    Wah.. siapa tuh yang ngirim undangan?.
    Aku seneng karna ciumannya gak berarti dan up to datenya cepet daripada yang part 12.
    Joha thor, neomu daebak

    September 14, 2014 at 3:24 pm

  10. aisyah amini

    semoga myung inget cpet2.. ya ampuuun suzy kesian bgt T.T kenapa coba mesti ditutup2in tentang penyakitnya ke myung.. semoga suzy bisa sembuh trus myung cepet2 inget. lanjuut thor

    September 14, 2014 at 3:59 pm

  11. Leny

    Suzy sakit apa sih???
    undangan dr siapa???soojung???

    September 14, 2014 at 4:32 pm

  12. Aahh myung keputusan yg tepat tuh 🙂
    Hehh soojung bner” keras kepala…smoga aja dia sudah mau menyerah dan gak ngejar” myung lagi deh…
    Itu undangan dari siapa?? Penasaran…
    Dan gimana penyakit suzy??berharap ini tdk berakhir dgn sad ending :’)

    September 14, 2014 at 8:49 pm

  13. veda

    apa penykit suzy prah??? othokhae???
    apa myung bkl ingt smuanya??? #smoga ajj

    September 14, 2014 at 9:27 pm

  14. Yaelah Soojung gate* banget pake nyium Myung segala! Btw, udah dielasin belum sih kalo Suzy sakit apa? Soalnya aku lupa ._. *terbang ke next part*

    September 15, 2014 at 12:12 am

  15. vie_3

    brharap happy ending…tu undangan pa sih….

    September 15, 2014 at 12:21 am

  16. yaampun myung udah mulai agak2 inget gituakhirnya, wah penyakit sooji udah mulai gawat ne. moonso kenapa? undangan siapa itu?

    September 15, 2014 at 2:17 am

  17. Ki2s

    Myung mulai sdar sma perasaan dia yg sebenrnya..
    Smoga suzy bisa cpt sembuh dri sakitnya n soojung bisa sadar dan ga ngejar” myung

    September 15, 2014 at 6:26 am

  18. F_Hae

    akhirnyaaa..yang semangat thor nulisnya..
    eh mian aq biasanya komen di blog sebelahdenhan user name yang sama.

    *gak mau di cap siders* .

    September 15, 2014 at 12:49 pm

  19. suzyholic

    ini cerita bener2 ditunggu loo..
    sampe kelamaan.. hahaha

    waah myung khawatiir bgt.. seneeng !
    sungyeol udah tau ?
    suzy plis cepet operasi laah :((

    September 15, 2014 at 2:35 pm

  20. seneng myung sadar dengan tetap bersama suzy, secara tak langsungkan myung emng ada perasaanama suzy meski amnesia. good job myung 🙂
    tapi qw masih bigung ama penyakit suzy thor, apa setelah oprasi akan sembuh? emng sebelumnya suzy belom pernah oprasi ?
    ayo myung, inget semua. itu undangan dr siapa? knp monsoo marah ama appanya?

    September 15, 2014 at 8:21 pm

  21. lily

    sebenarnya suzy sakit apa sih thor… kok misteri banget… atau aku yg oon ngak bisa nebak penyakitnya… undangan apa ya???

    September 16, 2014 at 1:16 am

  22. iec_4

    Sooji skit parah kah??
    mg soojung sgra sdar..myung dah g lg ngarepin dy..
    myung..pha dy mlai mndptkn ingtan“ny d ms llu???
    aiihh..aknkah sooji jg mninggl sprti pmn sungyeol?? sad donk..
    pi mg ga y..mg myung sgra tau n buat suzy mo operasi..n kmbli sht..i hope so..

    September 16, 2014 at 6:52 am

  23. moon

    Akhirnya myungsoo ambil keputusan juga,
    Ya ampun soojung udah deh ya mending nyerah aja

    September 16, 2014 at 7:34 am

  24. weh udh lama nunggu ff ini,sumpah makin penasaran banget sama penyakitnya suzy….
    ingatan myung mulai2 muncul ._.
    ditunggu part selanjutnya….

    September 16, 2014 at 1:26 pm

  25. Apa maksud Monsoo ya 😦
    Lgsung baca part 14 😊

    September 17, 2014 at 11:59 pm

  26. asri

    apa ya maksud perkataan monsoo yang ini “Jangan lakukan itu pada mereka!”
    jadi penasaran banget

    September 18, 2014 at 6:10 am

  27. dilla

    lanjutttt

    September 19, 2014 at 1:41 pm

  28. aidilla

    yeay, myungsoo udah perhatian+khawatir sama suzy nih
    udah suka sama suzy
    idah milih suzy ketimbang soojung
    next ^^

    September 21, 2014 at 2:43 am

  29. Deborah sally

    Eh Myungsoo mulai deh mulai. Eh adek nya Suzy debat apaan tuh? Adeknya melarang bawa Suzy kah atau…?

    October 5, 2014 at 2:32 pm

  30. kuchiki

    wawah,soojung ngotot x…stlh merasa kehilangan br sesak…

    October 7, 2014 at 5:03 am

  31. Lim

    Ini kapan endingnya? Gua kaga sabar pengen baca endingnya. Ceritanya tampah seru, tambah bikin penasaran. Next thor~

    October 7, 2014 at 6:29 am

  32. huaa… myung kau harus tegas… siapa yang kau pilih…
    sooji cinta masalalumu…. huaaa…

    June 18, 2015 at 2:19 am

Leave a comment